Eva Celia, Antara Bermusik dan Gaya Hidup Vegan

Mari bertemu dengan Eva Celia, musisi jazz berusia 26 tahun yang saat ini sedang mengerjakan album keduanya yang akan dirilis tahun ini. Memiliki ayah seorang musisi, darah musik telah mengalir di dalam dirinya sejak kecil. Eva merilis album pertamanya, And So It Begins, pada 2015 dan memulai perjalanan musiknya setelah itu. Kami duduk bersama perempuan manis yang rendah hati ini di sebuah studio di Pondok Indah untuk membicarakan apa yang mempengaruhinya dalam bermusik, lagu favorit sepanjang masa, hingga perjalanannya melakukan gaya hidup vegan yang cruelty-free.

 

Apa yang sedang Eva kerjakan saat ini?

Saat ini saya sedang mengerjakan proyek musik-album kedua yang diharapkan akan rilis tahun ini. Baru-baru ini juga baru rilis single pertama dari album yang sedang dikerjakan, “A Long Way”, dan akan ada lebih banyak single sebelum albumnya keluar.

 

Ceritakan latar belakang dari mana ide “A Long Way” berasal!

Lagu ini dimulai dari ide sederhana di awal 2018. Saya suka bermain piano dan gitar dan membuat melodi sepanjang 15 hingga 20 detik. Ketika saya mengerjakan materi album, ide itu datang kembali. Sebenarnya itu bukan lagu pertama yang saya kerjakan, ada beberapa lagu lain, tapi akhirnya saya putuskan untuk mengangkat ide tersebut dan mengerjakannya. Jadi saya selesaikan lagu dan liriknya. Saat itu saya sedang melewati quarter life crisis yang sangat hebat, jadi lagu ini pada dasarnya tentang itu.

 

Siapa yang memiliki pengaruh musikal dalam hidup Eva?

Stevie Wonder, saya tumbuh dengan mendengarkan musiknya. Billie Holiday, Ella Fitzgerald, Sting, Joni Mitchell, saya suka sekali Joni Mitchell… Saya juga suka Hiatus Kaiyote, Becca Stevens, Snarky Puppy, dan Yellowjackets.

 

Apa lagu favorit sepanjang masa Eva?

“Both Sides Now” oleh Joni Mitchell, “As” oleh Stevie Wonder, dan apapun dari H.E.R!

 

Di samping sebagai musisi, orang mengenal Eva sebagai seorang vegan. Kapan Anda mulai menjalani veganisme?

Saya mulai makan lebih sehat di pertengahan 2017, tapi baru mulai hanya makan sayuran di akhir tahun yang sama. Itu dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon. Saya tumbuh dengan ketidakseimbangan hormon yang tidak pernah saya katakan kepada siapapun karena saya benar-benar tidak tahu harus berbicara kepada siapa. Terutama topik tentang menstruasi yang masih dianggap tabu saat itu. Rasanya seperti perempuan tidak diberikan ruang aman untuk membicarakan tentang permasalahan menstruasi.

 

Saya memendamnya sendiri hingga pada suatu titik di mana tidak bisa dibiarkan lagi karena sangat mengganggu. Jadi saya ke dokter, diberikan antibiotik dan obat-obatan lain yang ternyata tidak manjur. Lalu saya mencari pengobatan alternatif dan menemukan dokter yang memang spesialis pada hormon perempuan. Dokter ini mengobati fibroid, ketidaksuburan, dan PCOS [polycystic ovary syndrome] melalui gaya hidup dan makanan sehat. Itulah awalnya saya mengurangi konsumsi daging.

 

Ceritakan lebih jauh tentang hal itu.

Sebenarnya saya tidak dilarang untuk makan daging. Tapi saya hanya boleh mengonsumsi daging yang bebas antibiotik dan hanya diberi makan rumput saja. Hal itu sulit ditemukan di Jakarta, dan kalaupun ada, pasti akan sangat mahal. Singkat cerita, dalam sebulan mengonsumsi sayuran lebih banyak dan mengurangi makanan yang digoreng, hormon saya kembali normal dan tidak mengalami masalah selama itu berlangsung. Lalu saya meneliti sedikit banyak tentang gaya hidup vegan.

 

Saat itu saya tinggal di Los Angeles di mana vegetarian dan vegan sedang populer namun saya tidak mengerti trennya. Sekarang saya menjadi salah satu dari mereka. Saya merasa para vegan dan vegetarian sangat bergairah tentang dampak peternakan pada lingkungan, dan penderitaan di baliknya yang tidak banyak diketahui oleh publik. Jadi, ya, saya menjadi vegan untuk kesehatan, lingkungan, dan hewan. Saya pencinta binatang.

 

Apa artinya menjadi seorang vegan bagi Eva?

Menjadi vegan artinya hidup dengan penuh kasih dan sadar akan apa yang kita konsumsi. Selain itu juga menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah.

 

Apa hal positif yang Eva dapatkan sejak menjalani gaya hidup vegan?

Secara fisik, saya jauuuh lebih sehat. Maksudnya, sebelum berhenti makan daging, saya lebih sering sakit dan demam. Setelah menjadi vegan setahun yang lalu, saya tidak pernah demam. Selain itu, saya juga suka angkat beban. Dan sejak menjadi vegan, saya mengangkat beban lebih berat. Saya juga merasa lebih baik setelah tidak lagi berkontribusi terlalu banyak dalam meninggalkan jejak karbon dan menyakiti hewan.

 

Adakah rencana untuk bercerita tentang veganisme di lagu berikutnya?

Tidak tahu hahaha. Saya belum memikirkannya karena ini adalah hal yang sensitif dan tidak semua orang ingin duduk mendengarkan kebenaran yang tidak nyaman. Saya dulu seperti itu, jadi sekarang selalu coba menghindari menjadi vegan yang menyebalkan. Saya lebih suka memperlihatkan contoh kepada orang-orang. Jadi jika mereka ingin mengikutinya, keren! Jika tidak, ya sudah tidak apa-apa.

 

Adakah tips untuk pembaca yang berencana untuk menjadi vegetarian atau vegan?

Sebenarnya sangat mudah jika tinggal di Indonesia. Banyak makanan lokal yang ramah vegetarian. Kita punya ketoprak, gado-gado, ketupat sayur, tempe, tahu, dan sebagainya. Kapanpun saya kehabisan ide untuk makan apa, tempat terbaik untuk didatangi adalah warteg. Banyak orang berpikir kalau menjadi vegan itu mahal tapi sebenarnya tidak, sangat murah! Karena sayuran jauh lebih murah daripada daging. Jadi berada di Indonesia adalah tempat terbaik untuk memulainya.

 

Terakhir, kapan album terbaru Eva akan keluar?

Saya berharap di pertengahan 2019. Tapi lihat saja ke depannya.