Menyelami Hindia

Artikel ini awalnya diterbitkan pada Januari 2019 di 247 COTTONINK Magazine

 

Jika ada kekuatan musikal yang mencuri perhatian (dan pantas mendapatkannya) dalam beberapa tahun terakhir, Baskara Putra adalah nama yang tidak terbantahkan menjadi salah satunya. Dikenal sebagai frontman dan penulis lirik utama dari aksi rock yang bermuatan emosi, .Feast, pria 24 tahun ini membuka lapisan dirinya sendiri di bawah nama mononim Hindia. Proyek solo di mana persona kemarahannya bisa dijadikan pembakar untuk menciptakan karya musiknya. Mari menyelami Hindia lebih dalam di artikel ini.

 

Kami bertemu Baskara di lokasi pemotretan di Pondok Indah. Mengenakan kaus pink dan dengan tenang bertanya di mana tempat ia bisa menyalakan rokoknya sambil menunggu giliran wawancaranya dimulai. Satu hal yang kami pelajari seelah melakukan sedikit wawancara untuk majalah ini adalah pertemuan seperti ini punya kemampuan untuk menjadikan Anda terlupa akan pengaruh yang mungkin dimiliki orang di depan Anda secara instan.

 

Beberapa orang mungkin tidak familiar dengan apa yang dilakukan musisi yang berbasis di Bintaro ini. Tapi jika Anda pernah mendengar .Feast, Anda akan tahu kalau band tersebut memiliki pengikut setia yang besar. Para penggemarnya ikut bernyanyi dan moshing pada apa yang mereka ciptakan. Entah karena pesta sonik dari musik keras yang bersemangat atau rasa frustrasi terhadap apa yang sedang terjadi saat ini. Bisa juga keduanya!

 

Setelah itu, perlu waktu untuk menyadari fakta kalau pria yang sedang merokok itu menyanyikan anthem seperti “Peradaban” atau “Kami Belum Tentu” yang memamerkan Baskara sebagai salah satu penulis lirik paling cemerlang yang dimiliki industri musik saat ini. “Awalnya .Feast adalah proyek sampingan yang dimulai oleh Saya dan teman. Namun akhirnya berevolusi menjadi apa yang bisa dilihat sekarang,” jelasnya.

 

Band ini bukan milik saya dan personilnya. Ini adalah band semua orang. Kami menceritakan kisah mereka,” lanjutnya.

 

Sekarang memiliki waktu dan ruang untuk menjelajah sendiri, Baskara menaruh sisi marahnya untuk beristirahat dengan Hindia. Proyek solonya yang dijadikan outlet pribadi.

“Dengan .Feast, saya tidak dapat berbicara tentang hal-hal personal karena sifat dari band tersebut adalah kemarahan. Jika tidak marah, itu bukan .Feast. Sementara melalui Hindia, saya bisa bicara tentang apapun yang saya inginkan kapanpun itu. Entah tentang mantan atau keluarga. Hal remeh seperti itu,” ucapnya.

 

Dipengaruhi oleh Bon Iver, Kanye West dan Kendrick Lamar, ia menyatakan, “Sebenarnya rock bukanlah passion utama saya. Jadi sekarang saya ingin fokus dalam membuat musik yang saya akan senang mendengarnya ketika tua nanti.”

 

Putar balik dari .Feast yang penuh kegelisahan, musik Hindia didekripsikan sebagai, “…menyembuhkan, seperti mandi air hangat setelah bekerja seharian”.

 

Tawaran yang diterima Hindia adalah nada atmosferik, “No One Will Find Me” yang dibuatnya selama seminggu lewat sedikit. Dikatalisasi oleh Double Deer Academy, di mana ia menjadi pengajar tamu (label musik di balik akademi ini juga di mana Baskara sekarang bekerja sebagai Brand Manajer). Lalu single-nya dirilis dalam EP berbarengan dengan BAP., Laze, dan Mataharibisu.

 

“Itu adalah hal dadakan. Saya sudah memiliki single lain untuk mengosongkan pikiran. Namun yang satu ini akhirnya dirilis terlebih dahulu.”

 

Menjadi figur yang menulis lagu yang tidak takut untuk menyebut betapa rusak dan buruknya kualitas masyarakat saat ini. Hasilnya mengundang ancaman yang biasa didapatnya dari orang asing di internet. Ini menjadi inspirasi di belakang single solo perdananya.

 

“Setelah kami merilis mini album terakhir, Beberapa Orang Memaafkan, banyak yang bertanya apakah saya takut akan menghilang dan sebagainya yang saya jawab: tidak, saya tidak takut untuk menghilang. Saya malah akan melakukannya sendiri. Maka itu judulnya “No One Will Find Me”.