Bilal Indrajaya dan Perjalanan Menjadi Seorang Hitmaker

Namanya Bilal. Salah satu pendatang baru di industri musik lokal yang namanya semakin terdengar di kalangan pencinta musik di negeri ini. Semuanya bermula dari DVD konser pertama yang ditonton ketika masih kecil yang membuatnya tertarik sehingga bermimpi untuk menjadi musisi. Dan kini perjalanan Bilal Indrajaya di dunia musik masih berlangsung sampai sekarang. Kami mendapatkan kesempatan untuk duduk dengan cowok Sagitarius ini dan mengobrol tentang perjalanannya.

 

Perkenalkan diri dulu, dong!

Saya Bilal Indrajaya, seorang penyanyi dan penulis lagu.

 

Sekarang sedang sibuk apa?

Mencari penghasilan dari panggung ke panggung.

 

Kapan Bilal memulai perjalanan bermusik?

Saya tertarik dengan musik sudah sejak lama, dari SD sepertinya. Saat itu mulai belajar main gitar dan piano. Tapi semuanya dimulai saat saya membentuk band dengan teman-teman ketika SMP. Tapi kalau secara karier, baru setahunan berkecimpung di dunia musik.

 

Apa hal pertama yang membuat Bilal akhirnya tertarik untuk menjadi seorang muisi?

Konser pertama yang saya tonton sewaktu masih kecil; DVD konser Queen di Montreal. Ayah saya mengoleksi banyak DVD konser, salah satunya adalah Queen Live in Montreal 1981. Ketika saya melihat bagaimana Freddie Mercury bernyanyi dan seperti apa Brian May memainkan gitarnya, itu membuat Saya ingin juga seperti mereka. Melakukan apa yang mereka lakukan di panggung.

 

Apa yang membuat Bilal terpikir, “Saya bisa seperti mereka”?

Sejak menulis lagu pertama saya. Awalnya itu tidak serius. Saya menciptakan lagu, dirilis, orang-orang menyukainya, dan rasanya menyenangkan. Itu adalah pemicu pertama. Lalu di pertunjukkan pertama saya, melihat orang-orang ikut bersenandung dan menyanyikan lagu yang saya buat memicu saya untuk lebih produktif dalam membuat lagu.

 

Siapa yang menginspirasi Bilal?

Banyak sekali! Dua di antaranya adalah The Beatles dan Dewa 19 karena mereka memiliki katalog lagu yang luas dengan banyak hits. Mereka bisa memiliki satu album dengan lagu-lagu bagus di dalamnya. Ahmad Dhani dan John Lennon membuat saya becita-cita untuk menjadi seorang hitmaker seperti mereka suatu saat nanti.

 

Lagu pertama Bilal, “Biar”, memiliki suara yang membawa pendengar ke warna musik Indonesia di akhir 90-an sampai awal 2000-an. Apa yang membuatnya terdengar seperti itu?

Itu tidak sengaja. Cuma terpengaruh dari kesukaan pribadi pada Ahmad Band atau Dewa 19. Jadi secara tidak sadar ketika merekam dan memproduksinya, saya hanya ingin menampilkan lagi suara-suara seperti itu karena sekarang kalian sudah tidak pernah lagi kan mendengar musik dengan vibe seperti itu. Setidaknya seperti itu yang saya rasakan. Hal tersebut memberikan kepercayaan diri untuk menciptakan musik seperti itu dan membawa nostalgia dari era ketika MTV Ampuh masih tayang di televisi.

 

Apakah Bilal akan tetap menggunakan inspirasi dan treatment seperti itu pada lagu-lagu yang akan buat di kemudian hari?

Tidak juga. Saya termasuk orang yang moody jika menyangkut treatment pada musik. Akan ada waktu di mana saya ingin membuat musik saya lebih keras atau lebih lembut dari biasanya. Mungkin juga saya akan tetap dengan suara yang seperti sekarang atau membuat versi berseberangan yang ekstrem dari yang sekarang. Siapa tahu?

 

Seperti apa proses kreatif dalam pembuatan setiap trek? Adakah hal unik yang terjadi pada pembuatan masing-masing trek?

Lagu-lagu saya kebanyakan dibuat secara spontan. Seperti salah satunya yang berjudul “Ruang Kecil”. Saya membuat liriknya langsung ketika akan merekam vokal. Tidak melibatkan pulpen dan kertas sama sekali. Itu saya lakukan karena iseng dan ingin menantang diri saja.

 

Kami lihat konsep Bilal adalah membawa nostalgia pada pendengar. Kita jadi seperti dibawa ke era di mana musik masih dimainkan dari plat vinyl, bahkan sampul EP Bilal terlihat seperti amplop vinyl. Adakah cerita di balik itu semua?

Sejujurnya album art tersebut adalah sebuah kesalahan, namun sekarang sudah diperbaiki. Tapi awalnya, itu adalah konsepnya. Itu tidak disengaja sih. Ada beberapa sampel untuk sampul dan yang tadi disebutkan adalah salah satunya. Tapi saya membatalkannya karena takutnya jadi terkesan pretensius buat orang-orang.

 

Ada sebuah trek singkat berjudul “Purnama”, durasinya hanya satu setengah menit kalau tidak salah. Di awal lagu, saya masukkan suara jangkrik yang diikuti dengan suara yang biasa kita dengar ketika memutar lagu dari vinyl. Itu karena ketika membuatnya, saya sedang mendengarkan sontrek Pengabdi Setan. Saya terpikir untuk mengajukan lagu ini untuk sebuah film horor. Siapa tahu kalau Joko Anwar ingin memakainya sebagai salah satu sontrek untuk film horornya di kemudian hari. Hahaha.

 

Sekarang ini apa tantangan yang dihadapi sebagai musisi?

Ada banyak karena cepatnya kehadiran musik dan musisi baru sudah luar biasa cepatnya. Bahkan ada playlist “New Music Friday” yang merupakan kompilasi lagu-lagu baru. Playlist ini diperbarui mingguan sehingga membuat saya merasa perlu untuk menjadi lebih produktif sebagai musisi supaya bisa terus relevan buat orang-orang. Singkatnya, saya harus berusaha keras untuk berkompetisi secara sehat dengan band dan solois lain. Karena para musisi tersebut juga merupakan teman saya, jadi perlu dicari cara untuk lebih produktif sambil menantang satu sama lain di industri ini.

 

Adakah rencana untuk merilis album?

Tentu saja! Saya berencana untuk merilisnya di pertengahan tahun 2020. Meski begitu, ini adalah proyek santai untuk saya, tidak sedang buru-buru juga.

 

What’s next from Bilal?

Sekarang sedang siap-siap merilis EP, Purnama, dalam bentuk CD. Segera. Saya juga akan membuat merchandise! Sudah terbayang nanti akan ada magnet kulkas dan sarung bantal. Biasanya kan merchandise itu T-shirt atau tote bag, lalu saya berpikir tentang apa yang akan membuat merchandise saya berbeda dari yang lain. Saya pilih magnet kulkas dan sarung bantal karena ingin sekali merchandise-nya terasa rumahan. Jadi ketika kalian pulang ke rumah dan buka kulkas, nanti wajah saya akan menyambut kalian! Hahaha.